Sejarah Liverpool F.C Football Club
Sejarah Liverpool F.C Football Club - Liverpool adalah
klub tersukses dalam sejarah persepakbolaan Inggris yang bermarkas di
kota Liverpool. Liverpool telah memenangkan 5 trofi Liga Champions (dulu
Piala Champions), yang merupakan rekor Inggris.18 gelar Liga Inggris, 7
Piala FA, serta, 7 kali juara Piala Liga. Stadion mereka berada di
Anfield, yang terletak sekitar 4,8 km dari pusat kota Liverpool.
Sejarah Liverpool F.C Football Club
Salah
satu klub tersukses di Inggris Raya. Didirikan pada 1892 akibat
perseteruan antara Komite Everton FC dengan John Holding sebagai
Presiden Club yang juga pemilik stadion Anfield. Akibat dari perseteruan
itu, Everton akhirnya pindah ke stadion Goodison Park dan John Holding
menjadikan stadion Anfield sebagai kandang Liverpool FC sampai sekarang.
Klub sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau
diringkas Everton Athletic, namun FA menolak mengakui ada dua tim
bernama Everton. Akhirnya pada bulan Juni 1892 John Houlding pun
akhirnya memilih nama Liverpool FC. Liverpool menjelma kekuatan serius
di kompetisi sepakbola Inggris.
Pada musim pertamanya, Liverpool FC berhasil
menjuarai Lancashire League sebelum akhirnya bergabung dengan Divisi II
Liga Inggris pada musim 1893/94. Pada musim pertamanya di Divisi II
Liga Inggris, Liverpool FC langsung menjadi juara dan berhak untuk
promosi ke Divisi I Liga Inggris ( sekarang Premiere League ). Tak butuh
lama bagi Liverpool untuk mencicipi gelar di liga, karena pada musim
pertamanya di Divisi I ini (musim 1900/01), Liverpool sukses menjuarai
Divisi Satu dan mengulanginya lagi lima tahun kemudian. Liverpool FC
sukses meraih juara liga 2 musim berturut-turut yaitu musim 1921/22 dan
1922/23, namun tidak mendapatkan tropi lagi sampai musim 1946/47 ketika
berhasil meraih gelar liganya yang ke 5. Final Piala FA pertama
dilakukan pada 1914, meskipun akhirnya mereka dikalahkan Burnley 1-0.
Setelah mengarungi Divisi I selama lebih dari 50 tahun, akhirnya Liverpool FC mengalami kemerosotan dan terdegradasi ke Divisi II pada musim 1953/54.
Liverpool sempat
terseok-seok sebelum akhirnya Bill Shankly datang sebagai manajer pada
bulan Desember 1959. Shankly merombak tim secara besar-besaran dengan
melepas 24 pemain lama dan menggunakan sebuah ruangan di stadion Anfield
untuk menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di namakan 'The Boot
Room' yang berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris Liverpool di
kemudian hari. Di ruangan inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room'
lainnya seperti Bob Paisley, Joe Fagan dan Reuben Bennett mulai
membangun kekuatan Liverpool FC yang membuat iri tim musuh. Hasil dari
renovasi yang dilakukan oleh Bill Shankly mulai membuahkan hasil ketika
berhasil promosi ke Divisi I pada musim 1961/62 dan menjadi juara liga
pada musim 1963/64. Setelah menjuarai Piala FA yang pertama pada tahun
1965 dan menjuarai Liga pada musim 1965/66, Bill Shankly berhasil
mempersembahkan gelar juara Liga dan piala UEFA pada musim kompetisi
1972/73. Musim berikutnya Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar
piala FA setelah membantai Newcastle United 3-0. Tidak ada yang
menyangka bahwa gelar piala FA itu merupakan persembahan terakhir dari
seorang Bill Shankly. Karena secara tiba-tiba Bill Shankly memutuskan
untuk pensiun. Pemain dan Liverpudlian ( julukan untuk penggemar fanatik
Liverpool FC ) berusaha untuk membujuk, bahkan para pekerja di
Liverpool mengancam akan melakukan mogok kerja. Tetapi Bill Shankly
tetap pada pendiriannya dan menyerahkan tongkat manajerial kepada
asisten-nya yaitu Bob Paisley. Bill Shankly akhirnya pensiun pada tahun
1974 dan bergabung dengan Liverpudlian di tribun The Kop.
Kejayaan Liverpool bersama
Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang pada saat itu berusia 55
tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool FC dari tahun 1974 sampai
1983 dan hanya pada awal tahun Bob Paisley tidak dapat memberikan gelar
untuk Liverpool FC. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat sebagai manajer
Liverpool FC, beliau memberikan total 21 tropi, termasuk 3 Piala
Champion, 1 Piala UEFA, 6 juara Liga Inggris dan 3 Piala Liga secara
berturut-turut. Dengan semua gelar itu tidak salah bila Bob Paisley
menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak
hanya sukses memberikan gelar untuk Liverpool FC, tetapi Bob Paisley
juga sukses dalam melakukan regenerasi di tubuh Liverpool FC dengan
tampilnya para bintang muda seperti: Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny
Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan mewariskan sebuah skuat
muda yang sangat hebat dan berbakat, tetapi dengan semua torehan gelar
itu akan menjadi sangat berat buat siapapun penerusnya.
Sebagai penerus Bob Paisley yang
pensiun di tahun 1983, Joe Fagan yang pada saat itu berusia 62 tahun,
berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara
Liga, juara Piala Liga dan juara Piala Champion. Raihan ini menjadikan
Liverpool FC sebagai klub sepakbola Inggris yang berhasil meraih 3 gelar
juara sekaligus dalam 1 musim kompetisi. Sayangnya, catatan keemasan
itu sedikit ternoda oleh insiden di stadion Heysel. Insiden yang terjadi
sebelum pertandingan final Piala Champion antara Liverpool FC dan
Juventus ini menewaskan 39 orang, sebagian besar adalah pendukung
Juventus. Insiden ini mengakibatkan pelarangan bagi semua klub sepakbola
Inggris untuk berkompetisi di Eropa selama 5 tahun. Dan Liverpool FC
dilarang mengikuti semua kompetisi Eropa selama 10 tahun yang akhirnya
dikurangi menjadi 6 tahun. Selain itu, 14 Liverpudlian didakwa bersalah
atas peristiwa yang dikenal dengan Tragedi Heysel. Setelah peristiwa
mengerikan itu, Joe Fagan memutuskan untuk pensiun dan memberikan
tongkat manajerial selanjutnya kepada Kenny Dalglish yang ditunjuk
sebagai player-manager. Joe Fagan menyerahkan tugas manajerial Liverpool
FC kepada Kenny Dalglish yang pada saat itu sudah menjadi pemain hebat
tetapi masih harus membuktikan kapabilitas sebagai seorang manajer.
Pada masa kepemimpinan Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa
menjadi juara Liga Inggris sebanyak 3 kali dan juara Piala FA sebanyak 2
kali, termasuk gelar ganda juara Liga Inggris dan juara Piala FA pada
musim kompetisi 1985/86. Bila tidak terkena sangsi dari UEFA, bisa
dipastikan Liverpool FC menjadi penantang serius untuk merebut Piala
Champion pada saat itu. Kesuksesan Liverpool FC di masa kepemimpinan
Kenny Dalglish kembali dibayangi kejadian mengerikan lainnya yaitu
Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan
Nottingham Forrest tanggal 15 April 1989, ratusan penonton dari luar
stadion memaksa masuk ke dalam stadion yang mengakibatkan Liverpudlian
yang berada di tribun terjepit pagar pembatas stadion. Hal ini
mengakibatkan 94 Liverpudlian meninggal di tempat kejadian, 1
Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit dan 1 Liverpudlian
lainnya meninggal dunia setelah koma selama 4 tahun. Akibat Tragedi
Hillsborough ini pemerintah Inggris melakukan penelitian kembali
mengenai faktor keamanan stadion sepakbola di negaranya. Dikenal dengan
sebutan Taylor Report, menyebutkan bahwa penyebab dari Tragedi
Hillsborough ini adalah faktor penonton yang melebihi kapasitas stadion
karena kurangnya antisipasi dari pihak keamanan. Akhirnya pemerintah
Inggris mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan setiap klub divisi I
Inggris untuk meniadakan tribun berdiri. Setelah menjadi saksi hidup
dari tragedi mengerikan Heysel dan Hillsborough, 'King' Kenny Dalglish
tidak pernah bisa lepas dari trauma yang menghinggapi dirinya. Akhirnya
pada tanggal 22 Februari 1990 beliau mengumumkan pengunduran dirinya
sebagai manajer Liverpool FC. Pengumuman yang sangat mengejutkan dunia
sepakbola pada saat itu, karena Liverpool FC sedang bersaing ketat
dengan Arsenal dalam perebutan gelar Liga Inggris. Alasan yang
disebutkan oleh Kenny Dalglish pada saat itu adalah tidak bisa lagi
menghadapi tekanan dalam menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa minggu
Liverpool FC ditangani oleh pelatih tim utama Ronnie Moran sebelum
akhirnya Liverpool FC menunjuk Graeme Souness sebagai manajer
berikutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang sebagai legenda
terhebat Liverpool FC karena sangat sukses baik sebagai pemain maupun
manajer.
Perginya 'King' Kenny Dalglish
dan 2 tragedi yang mengerikan ( Heysel dan Hillsborough ) sepertinya
memberikan trauma, hukuman atau kutukan yang mendalam bagi Liverpool
Football Club. Kedatangan Graeme Souness pun tidak mengubah peruntungan
Liverpool FC. Walaupun Souness bisa memberikan gelar Piala FA pada tahun
1992, tetapi dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan
penerapan strategi yang sedikit membingungkan menjadikan Liverpool
tampil tidak konsisten pada musim itu. Hal lain yang memperburuk
hubungan Souness dan Liverpudlian adalah ketika Souness menceritakan
proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung kepada koran The
Sun. Seperti diketahui bahwa masyarakat di Merseyside memboikot koran
The Sun yang sering memojokkan Liverpudlian mengenai tragedi
Hillsborough. Pada 28 Januari 1994 Graeme Souness akhirnya mengundurkan
diri sebagai manajer Liverpool FC setelah tersingkir dari Piala Liga dan
Piala FA. Pelatih Roy Evans ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC
selanjutnya. Liverpool FC berada di urutan ke 8 klasemen hasil terburuk
selama 29 tahun terakhir. Walaupun secara raihan gelar juara Graeme
Souness tidak sukses, tetapi pada masa kepemimpinannya banyak lahir
talenta muda diantaranya : Robbie Fowler, Steve McManaman, Jamie
Redknapp, Rob Jones dan David James.
Manajer Liverpool selanjutnya
adalah pelatih senior Roy Evans yang sudah bersama Liverpool FC selama
lebih dari 30 tahun. Pada musim 1994/95 Liverpool menduduki peringkat 5
Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga dengan mengalahkan
Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan ciri
khas permainan Liverpool yaitu 'pass and move'. Tetapi permainan apik
dan indah Liverpool FC pada masa ini tidak diimbangi determinasi dan
agresifitas yang memadai dari para pemainnya, sehingga Liverpool pada
masa Roy Evans sering disebut 'Spice Boys'. Selain semakin matangnya
pemain seperti : Robbie Fowler, Steve McManaman dan Jamie Redknapp, pada
masa kepelatihan Roy Evans muncul bakat muda bernama Michael Owen yang
berhasil mencetak 18 gol dan menjadi PFA Young Player of the Year Award
pada tahun 1998.
Pada musim kompetisi 1998/99 Liverpool FC menarik
pelatih asal Prancis Gerard Houllier untuk berpartner dengan Roy Evans
sebagai 'joint manager'. Tetapi Roy Evans merasa tidak cocok bekerjasama
dengan Gerard Houllier, sehingga mengundurkan diri pada bulan November
1998. Setelah menjadi manajer tunggal, Houllier merombak total tim
dengan memasukan pemain seperti : Sami Hyypia, Stephan Henchoz, Markus
Babbel, Dietmar Hamann, Gary McAllister dan Emile Heskey. Selain muncul
bintang muda Michael Owen, Houllier juga berhasil mempromosikan bakat
muda dengan talenta luar biasa bernama Steven Gerrard. Tahun 2001
menjadi tahun terbaik Liverpool FC setelah mengalami kemerosotan
prestasi di tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil
meraih Piala Liga, Piala FA, Piala UEFA, Piala Charity Shield dan Piala
Super UEFA. Keberhasilan ini memunculkan secercah harapan bagi
Liverpool untuk dapat meraih gelar juara Liga Inggris yang terakhir
diraih pada tahun 1990. Pada tahun 2003 Liverpool FC berhasil meraih
Piala Liga dan menduduki peringkat ke 4 pada musim 1993/94 sehingga
berhak mengikuti kualifikasi Liga Champions. Walaupun berhasil
memberikan sejumlah gelar buat Liverpool FC, tetapi taktik bertahan yang
diterapkan Gerard Houllier dianggap tidak bisa bersaing untuk meraih
gelar Liga Inggris. Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik
sangat mudah diantisipasi oleh lawan, sehingga pada 24 Mei 2004 Gerard
Houllier digantikan oleh Rafael Benitez.
Rafael Benitez datang ke
Liverpool FC setelah berhasil membawa Valencia menjadi juara Liga
Spanyol 2 kali dan juara Piala UEFA. Harapan Liverpudlian untuk menjadi
juara Liga Inggris kembali membumbung tinggi setelah Benitez berhasil
membawa Liverpool FC menjuarai Liga Champions untuk yang ke 5 kalinya.
Pada final yang dikenang sebagai partai terhebat sepanjang masa,
Liverpool FC berhasil mengalahkan AC Milan setelah tertinggal 0-3 di
babak pertama. Tetapi gol dari kapten Steven Gerrard, Vladimir Smicer
dan penalti Xabi Alonso berhasil membawa Liverpool FC ke babak
perpanjangan waktu dan adu penalti. Kiper Liverpool FC Jerzy Dudek
menjadi pahlawan setelah berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko.
Kemenangan pada partai final Liga Champions inilah yang menjadi alasan
kapten dan legenda hidup Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah
ke klub lain. Keputusan yang disambut gembira oleh para Liverpudlian.
Liverpool FC kemudian dibawa Rafael Benitez untuk menjadi juara Piala
Super Eropa dengan mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskow dengan skor
3-1. Piala FA tahun 2006 menjadi piala terakhir yang dipersembahkan oleh
Rafael Benitez untuk Liverpool FC. Dalam perjalanan menuju final piala
FA, Liverpool FC mengalahkan Luton Town dengan skor 5-3, MU 1-0,
Birmingham City 7-0 dan mengalahkan Chelsea 2-1 di semi-final. Di partai
final Liverpool FC berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven
Gerrard sebagai Man Of The Match. Steven Gerrard memberi umpan untuk gol
pertama, melakukan tendangan voli untuk gol ke 2 dan melakukan
tendangan jarak jauh yang fenomenal pada menit ke 91. Dengan skor 3-3
akhirnya pertandingan dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu dan
adu penalti. Walaupun selama pertandingan kiper Pepe Reina beberapa kali
melakukan kesalahan fatal, tetapi pada saat adu penalti berhasil
menahan 3 dari 4 tendangan pemain West Ham United. Final Piala FA ini
disebut sebagai 'Final-nya Gerrard' dan dicatat sebagai partai final
terbaik di era modern Piala FA. Setelah memenangi Piala Community Shield
tahun 2006 dan berhasil mencapai final Liga Champions 2007, musim-musim
berikutnya menjadi musim tanpa gelar bagi Rafael Benitez dan Liverpool
FC. Satu-satunya kabar yang menggembirakan bagi Liverpudlian adalah
kembalinya 'King' Kenny Dalglish untuk membidani Liverpool FC Youth
Academy pada tahun 2009. Akhirnya Rafael Benitez berhaenti pada tanggal 3
Juni 2010 dan digantikan oleh Roy Hodgson. Pada masa kepemimpinan
Rafael Benitez, Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan kepemilikan
klub. Yang pertama pada tahun 2007 ketika dibeli oleh George Gillett and
Tom Hicks dan pada tahun 2010 ketika Liverpool FC di ambil alih New
England Sports Ventures milik John W. Henry.
1
Juli 2010 Roy Hodgson resmi menangani Liverpool FC selama tiga tahun.
Pada keterangan pers Roy Hodgson mengatakan sangat bangga bisa menangani
klub sebesar Liverpool FC dan tidak sabar untuk bertemu dengan para
pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Tetapi situasi
di Liverpool FC pada saat itu masih sangat tidak menentu karena sedang
dalam masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk berita tentang
kebangkrutan klub dan proses peralihan yang berkepanjangan sangat
memengaruhi suasana di Liverpool FC pada saat itu. Liverpool FC pun
akhirnya mengawali musim 2010/11 dengan sangat buruk. Sampai pertengahan
bulan Oktober Liverpool FC berada di zona degradasi dan kalah dari klub
divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool FC menghadapi ancaman
pengurangan 9 poin dari FA bila tidak bisa menyelesaikan situasi
internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson
sepakat untuk mengakhiri kerjasama dan posisi manajer selanjutnya
dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish untuk yang ke 2 kalinya sampai akhir
musim.
Tepatnya 8 Januari 2011 'King'
Kenny Dalglish resmi menjabat sebagai manajer Liverpool FC untuk yang ke
2 kalinya. Walaupun pada pertandingan perdana mengalami kekalahan di
Piala FA, tetapi 'King' Kenny Dalglish berhasil mengembalikan performa
pemain dan ciri khas 'pass and move' Liverpool FC. Buktinya 'King' Kenny
Dalglish berhasil mengangkat Liverpool FC dari zona degradasi ke posisi
6 klasemen sementara Liga Inggris. Hasil ini tidak lepas dari
keberanian 'King' Kenny Dalglish untuk menjual pemain bintang seperti
Fernando Torres kemudian membeli Luis Suarez dari Ajax Amsterdam dan
Andy Caroll dari Newcastle United. Keberanian dalam hal memasang pemain
muda seperti : Martin Kelly, Jay Spearing dan Danny Wilson pun layak
diacungi jempol. Raihan inilah yang membuat banyak pihak mendesak agar
'King' Kenny Dalglish di kontrak secara permanen sebagai manajer
Liverpool FC.
Lambang Liverpool
Lambang 'Liver Bird' pertama
kali muncul di seragam Liverpool FC pada partai final Piala FA tahun
1950. Lambang yang secara signifikan telah menjadi bagian dari
perjalanan panjang Liverpool FC. Lambang Liverpool ini mengalami
perubahan pertama pada musim kompetisi 1955/56 dimana gambar 'Liver
Bird' berada di dalam lingkaran ouval dan tulisan L.F.C berada di bawah
'Liver Bird'. Lambang versi ini bertahan sampai tahun 1968.
Pada tahun 1968 diambil
keputusan untuk memperkenalkan lambang klub yang lebih modern. Lambang
'Liver Bird' langsung disulam ke seragam pemain dengan menyingkirkan
garis pijakan pada kaki 'Liver Bird' dan menghilangkan lingkaran ouval.
Lambang ini bertahan sampai tahun 1987, dimana pada tahun 1985 sponsor
seragam berubah dari UMBRO kepada ADIDAS.
Seiring dengan perubahan sponsor
seragam, maka lambang Liverpool pada tahun 1987 mengalami perubahan
yang ke 3. Lambang 'Liver Bird' kembali berada di dalam tameng seperti
lambang Liverpool FC yang pertama, tetapi kali ini penulisan Liverpool
Football Club di bawah 'Liver Bird' tidak di singkat. Lambang ini
bertahan sampai tahun 1992, dimana Liverpool FC akan mengadakan perayaan
hari jadi yang ke 100 tahun.
Untuk merayakan 100 tahun
Liverpool FC, lambang klub mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Penambahan ornamen 'Shankly Gates' dengan tulisan 'You'll Never Walk
Alone' di atas tameng 'Liver Bird' dimaksudkan untuk mengingatkan jasa
manajer Bill Shankly yang telah menjadi pondasi kokoh bagi Liverpool FC.
Di dalam tameng terdapat tulisan Liverpool Football Club 100 tahun dan
lambang 'Liver Bird'. Kemudian di bawah tameng ada tulisan angka
1892-1992.
Tahun 1993 lambang klub kembali
berubah dengan penambahan kobaran api kembar di kedua sisi tameng 'Liver
Bird'. Kobaran api kembar ini untuk mengenang para Liverpudlian yang
menjadi korban pada tragedi Hillsborough. Lambang Liverpool terakhir ini
tidak banyak mengalami perubahan sampai dengan tahun 1999. Lambang
Liverpool FC yang sekarang ini dibuat pada tahun 1999 hanya dengan
komposisi 2 warna. Tetapi sejak tahun 2002, lambang Liverpool FC dibuat
dengan 'full colour' seperti sekarang ini.
Pemasok Kostum dan Sponsor
Pemasok Kostum
- 1973–1985: Umbro
- 1985–2006: Reebok
- 2006–2012: Adidas
- 2012–: Warrior
Pemasok Sponsor
- 1892–1979: Tanpa sponsor
- 1979–1981: Hitachi
- 1981–1989: Crown Paints
- 1989–1992: Candy
- 1992–2010: Carlsberg
- 2010–2014: Standard Chartered
Era keemasan Liverpool
Liverpool sangat
dominan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Pemain-pemain yang terkenal
pada masa ini termasuk Ray Clemence, Mark Lawrenson, Graeme Souness, Ian
Callaghan, Phil Neal, Kevin Keegan, Alan Hansen, Kenny Dalglish (102
cap), dan Ian Rush (346 gol)
Liverpool meraih era
terbaiknya saat masih dikepalai oleh Bill Shankly. Pelatih ini kemudian
menjadi legenda Liverpool. Ia sangat dihormati karena berhasil membawa
Liverpool kembali ke divisi satu setelah sebelumnya mendekap di divisi
dua selama 8 musim. Untuk menghormati jasanya, dibuatlah patung Bill
Shankly di pintu masuk Anfield.
Tragedi Liverpool
Klub
ini juga terlibat dalam dua tragedi besar dalam sepak bola Eropa, yaitu
dalam Tragedi Heysel pada 1985 dan Tragedi Hillsborough pada 1989.
Tragedi Heysel mengakibatkan klub-klub dari Inggris dilarang tampil di
ajang kejuaraan Eropa selama 5 tahun.
Treble Liverpool
Liverpool
berhasil mendapatkan treble winner, Liverpool mendapatkan dua gelar
domestik (Piala Liga dan Piala FA) dan Piala UEFA pada musim 2000/01.
Meskipun begitu, memenangi treble bukanlah hal yang baru bagi mereka.
Pada 1984 mereka menjadi juara Piala Champions, Piala Liga dan Liga
Inggris.
Pencapaian Liverpool
Total Liverpool telah
mengoleksi 18 tropi Liga Utama Inggris. Selama 16 tahun Premiere League
bergulir, Liverpool belum pernah memenangkan title tersebut sekalipun.
Liverpool memegang rekor 7 tropi juara Piala Liga, selisish 2 dengan
Aston Villa. Liverpool pernah meraih gelar ganda dengan menjuarai Liga
dan Piala FA pada tahun 1986. Mereka juga pernah memenangkan tiga trophi
dalam satu musim sebanyak 2 kali - yang pertama mereka memenangkan Liga
Inggris, Piala Liga dan Piala Champion pada tahun 1984, serta pada
tahun 2001 dengan meraih Piala FA, Piala Liga dan Piala UEFA. Liverpool
juga pernah meraih gelar ganda eropa dengan menjuarai Liga dan Piala
Champion eropa pada tahun 1977.
Hingga saat ini Liverpool telah
mengkoleksi 5 tropi Liga Champion yang merupakan terbanyak di Inggris
serta ketiga terbanyak di dari seluruh klub dibawah Real Madrid dan AC
Milan. Dengan meraih tropi Liga Champion ke 5 pada tahun 2005, Liverpool
berhak mengenakan UEFA Badge of Honour, serta berhak memiliki tropi
secara permanen. Liverpool pernah menerima anugerah dari World Soccer
Magazine sebagai Team of the Year pada 2001 dan 2005 serta gelar BBC
Sports Personality of the Year Team pada 1977, 1986 dan 2001.
Liverpool adalah klub
terbaik Inggris abad 20 menurut International Federation of Football
History and Statistics (IFFHS). Untuk Level dunia, Liverpool berapa di
urutan ke 8 setelah Real Madrid, Juventus, Barcelona, AC Milan, Bayern
Munchen, Inter Milan & Ajax. adapun Manchester united yang telah
mendominasi Liga Inggris selama 2 dekade terakhir berapa di posisi ke 11
di bawah Liverpool, Benfica dan Anderlecht.
Juara Divisi Satu 18
1900/01,
1905/06, 1921/22, 1922/23, 1946/47, 1963/64, 1965/66, 1972/73, 1975/76,
1976/77, 1978/79, 1979/80, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1985/86, 1987/88,
1989/90
Juara Divisi Dua 4
1893/94, 1895/96, 1904/05, 1961/62
Juara Liga Lancashire 1
1892-93
Liga Champions 5
1976/77 3-1 vs. Borussia Mönchengladbach
1977/78 1-0 vs. Club Brugge
1980/81 1-0 vs. Real Madrid
1983/84 1-1 (4-2 melalui adu penalti) vs. AS Roma
2004/05 3-3 (3-2 melalui adu penalti) vs. AC Milan
Juara Piala UEFA 3
1972/73, 1975/76, 2000/01
Juara Piala FA 7
1964/65, 1973/74, 1985/86, 1988/89, 1991/92, 2000/2001, 2005/2006
Juara Piala Remaja FA 2
1995/96, 2006/07
Juara Piala Liga 7
1980/81, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1994/95, 2000/01, 2002/03
Juara Charity Shield 15
1963/64[3],
1964/65+, 1965/66, 1973/74, 1975/76, 1976/77[3], 1978/79, 1979/80,
1981/82, 1985/86*, 1987/88, 1988/89, 1989/90, 2000/01, 2005/06
Juara Piala Super Eropa 3
1977, 2001, 2005
Juara Piala Super Inggris 1
1985/86
Juara Divisi Satu untuk Cadangan 16
1956/57,
1968/69, 1969/70, 1970/71, 1972/73, 1973/74, 1974/75, 1975/76, 1976/77,
1978/79, 1980/81, 1981/82, 1983/84, 1984/85, 1989/90, 1999/2000.
[Sumber referensi : Wikipedia].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar